Friday, January 11, 2013

Harimau Santai di Lantai Kandang

AppId is over the quota
Harimau Santai di Lantai KandangKOMPAS.com/Achmad FaizalHarimau Sumatera yang dikandangkan bersama di Penangkaran TSI Bogor.

DALAM acara hari itu, seekor kerbau akan diadu melawan dua ekor harimau (lihat Maurits ver Huell. Herinnering aan een Reis naar Oost-Indiƫ: 1815-1819. Rotterdam: Werken van de Linschoten Vereniging. 1835). Acara istimewa itu diselenggarakan sesuai dengan tata cara yang ketat.

Diiringi suara meriam kehormatan yang berdentum-dentum, gubernur jenderal meninggalkan rumah residen menuju ke alun-alun. Pada saat yang hampir bersamaan, diiringi oleh pawai kebesarannya dan suara terompet yang nyaring, Sang Sultan tiba di alun-alun untuk menyambut tamunya.

Setelah saling menyalami dan menyapa dengan teramat sopan, sang sultan dan sang gubernur jenderal duduk di atas kursi-kursi berukir yang sudah disediakan di atas panggung. Seorang Bupati yang tampak berwibawa mendekat.

Beberapa orang pengiring mengikuti langkah-langkahnya dengan muka-muka serius. Mereka duduk bersila di depan sang sultan. Setelah berdehem beberapa kali untuk membersihkan kerongkongannya, bupati itu mulai melaporkan keadaan penduduk di daerah kekuasaannya.

Ketika sang sultan mengangguk puas, bupati itu dengan hormat menyampaikan bahwa acara adu kerbau melawan harimau sudah dapat dimulai. Sang sultan pun mengangguk lagi.

Tak jauh dari tempat duduk orang-orang penting itu tampak sebuah kandang besar yang dibangun. Keempat dinding kandang itu terbuat dari bambu yang sengaja dianyam jarang-jarang supaya kerbau besar yang dikurung di dalamnya tampak dengan jelas. Kerbau itu mendengus dan berputar-putar di dalam kandangnya.

Penduduk yang sudah berkumpul ramai di sekitar alun-alun mulai berbisik dan menunjuk-nunjuk ke suatu arah. Suara mereka berdengung seperti lebah yang gusar. Beberapa lelaki memasuki arena alun-alun. Mereka mengusung sebuah kandang besar di atas bahu mereka.

Di dalamnya seekor harimau mondar-mandir sambil mengaum keras. Keempat lelaki itu berhenti dan mendekatkan kandang di usungan mereka ke dekat kandang tempat si kerbau masih mengunyah rumputnya dengan tenang.

Pintu-pintu kedua kandang itu ditempelkan satu sama lain. Harimau itu melompat lincah ke dalam kandang itu tak ubahnya seekor kucing yang jinak. Mencium bahaya yang mengancamnya, sang kerbau segera memasang ancang-ancang. Ia menundukkan kepalanya dan siap menanduk musuhnya dengan tanduknya yang tajam.

Semua orang menahan nafas. Akan tetapi, nafas itu secara massal segera terhembus lagi keluar hidung karena sang harimau —yang sungguh tampak ganas— rupanya tidak berminat mencari perkara. Binatang buas itu bukannya menyerang kerbau di hadapannya. Ia malahan menggeliat nikmat, lalu menjatuhkan tubuhnya di lantai kandang dengan santai!

(frieda.amran@yahoo.com, pegiat pelestarian warisan budaya)

No comments:

Post a Comment