Saturday, January 12, 2013

Lindeteves, Pabrik Baja Masa VOC

AppId is over the quota

NAMA Lindeteves di Jakarta Kota sudah populer sejak lama. Adanya Pasar Lindeteves, yang kemudian dipermodern menjadi Pusat Perdagangan Lindeteves, jelas menunjukkan peranan pasar ini.

Apalagi Lindeteves terletak di pusat perdagangan Glodok. Sejak puluhan tahun lalu Lindeteves dikenal sebagai pusat perkulakan alat-alat berat. Konsumennya dari seluruh Indonesia.

Sejarah Lindeteves sebagai pusat penjualan alat-alat berat tidak terlepas dari keberadaan NV Lindeteves Stokvis & Fa, sebagai salah satu unit usaha pabrikan kontruksi baja terkemuka di masa pendudukan VOC. Awalnya Lindeteves berkantor pusat di Semarang.

Perusahaan ini memiliki sejumlah kantor cabang di kota-kota besar di Jawa dan sejumlah anak perusahaan, seperti NV Rotterdam Internatio, NV Borsumij Maatschappij, NV Geo Wehry, dan NV Jacobson Van den Berg. Salah satu kantor Lindeteves yang cukup terkenal berada di Surabaya. Gedungnya dirancang khusus oleh Biro Arsitek Hulswit, Fermont & Ed Cuypers dari Batavia dan mulai dibangun pada sekitar 1910.

Entah di mana kantor pusat perusahaan ini. Yang jelas, ketika itu mereka menguasai jaringan bisnis perdagangan, produksi, jasa, industri, dan distribusi di sejumlah negara. Bisnisnya di bidang konstruksi baja membuat pihak Jepang (1942-1945) menjadikan gedung di Surabaya sebagai bengkel perbaikan peralatan perang.

Tahun 1970-an di Jakarta pernah berdiri PT Borsumij Wehry Indonesia. PT Borsumij Wehry Indonesia memiliki cabang di beberapa kota. Sayang, data sejarah tentang Lindeteves masih minim.

Sedikit info diperoleh dari buku antik berjudul 12e Algemene Catalogus 1949 yang diterbitkan NV Lindeteves. Buku ini berisi katalogus tentang pipa, traktor, alat berat, alat pertukangan, dan lain-lain. Jumlah keseluruhan buku ini mencapai 305 halaman.

Kalau kantor di Jakarta sudah berganti wajah, kantor di Surabaya masih lestari. Saat ini gedung tersebut masih dipakai sebagai kantor Bank Mandiri. Di Jakarta hanya nama Lindeteves yang dikenal orang.

(Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)

No comments:

Post a Comment