Saturday, January 12, 2013

Keliling Kampung Pekojan (Habis)

AppId is over the quota
Keliling Kampung Pekojan (Habis)KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Warga menjalankan ibadah Shalat di Masjid An-Nawier, Pekojan, Jakarta Barat, Sabtu (4/12/2010). Masjid yang dibangun pada tahun 1760 yang memiliki 33 tiang penyangga dan menara setinggi 17 meter ini merupakan Masjid terbesar di Jakarta Barat.

BERBEDA dengan dua masjid sebelumnya, Masjid An-Nawier tidak 'bersembunyi' dan terletak di pinggir jalan yang cukup besar (Jalan Pekojan Raya). Inilah masjid terbesar yang terdapat di Kampung Pekojan yang mampu menampung jemaah lebih dari 1.000 orang.

Dibangun pada tahun 1760 M, masjid ini mempunyai beberapa keunikan, antara lain denahnya yang berbentuk L dengan jumlah tiang sebanyak 33 buah (melambangkan jumlah dzikir yang biasa dibaca umat Islam setelah selesai salat). Keunikan lainnya yaitu adanya menara di bagian luar yang berbentuk menyerupai mercu suar setinggi 17 meter.

Konon, pada masa perjuangan kemerdekaan, menara ini sering dijadikan tempat bersembunyi para pejuang dari kejaran tentara penjajah. Beruntung saat itu kami dizinkan untuk naik ke menara tersebut yang ternyata sangat sempit sehingga hanya bisa dinaiki satu persatu secara bergantian. Puas "menjelajah' masjid ini, kaki kami melangkah ke tujuan akhir, Masjid Langgar Tinggi.

Namun sebelumnya, kami sempatkan mampir ke Jembatan Kambing yang terletak agak di depan Masjid An-Nawier. Dinamakan demikian karena sebelum dibawa untuk disembelih di pejagalan (sekarang bernama Jalan Pejagalan), kambing-kambing harus melewati jembatan yang melintasi kali Angke ini terlebih dulu. Para pedagang di sini telah berdagang secara turun menurun selama hampir 200 tahun.

Lanjut dengan tujuan akhir, Masjid Langgar Tinggi. Begitu melihat bangunan masjid itu, langsung terlihat keunikannya, dan terjawab pertanyaan mengapa disebut "Langgar Tinggi?" Ternyata itu disebabkan bentuk masjid yang terdiri dari 2 tingkat.

Segala macam aktivitas keagamaan dan salat hanya dilakukan di lantai atas saja, sedangkan lantai bawah digunakan untuk pengurus masjid dan tempat berdagang minyak wangi yang telah ada sejak masjid ini dibangun.

Masjid yang dibangun pada tahun 1249 H atau 1829 M ini terletak tepat di pinggir kali Angke. Lantai atasnya yang menggunakan lantai kayu merupakan lantai asli dari sejak dibangunnya masjid tersebut, dan sampai saat ini masih terawat dengan baik.

Dengan terdengarnya azan maghrib, berakhirlah perjalanan menjelajah kampung Arab di Pekojan yang berarti berakhir pula acara ngabuburit yang mengesankan bersama Komunitas Jelajah Budaya.

Daripada ngabuburit cuma jalan-jalan ke mall, lebih baik menjelajah kota sendiri, supaya kita makin cinta dengan kebudayaan dan peninggalan-peninggalan bersejarah. Selamat menunaikan ibadah puasa.

(Lily Utami, pemerhati sejarah dan budaya)

No comments:

Post a Comment